Senin, 10 Desember 2007

Pengaruh TV pada Anak

Akhir pekan lalu, kebetulan ada acara keluarga dan berkumpul dengan beberapa sepupu. Sewaktu sedang ngobrol sana-sini, salah seorang keponakan saya berlari pada mamanya dan merengek, “Mama.. nyanyiin lagu memanggil hantu dong.. biar Filina tahu..”. Kemudian mamanya menyanyikan sebait dari lagu yang ngga jelas itu, untuk membuat anak itu senang. Sambil tertawa mamanya memberi tahu kami, “Ini akibat kemaren dia nonton film kuntilanak…”

Akhirnya obrolan mengarah kepada pengalaman para sepupu tentang tv dan pengaruhnya pada anak mereka. Salah satu sepupu menceritakan bahwa anaknya lebih parah lagi, “Anakku malah pernah memarahi pengasuhnya seperti ini: Kamu itu cuma pembantu, dan pembantu itu harus dengar apa kata majikan! Mengerti!” Kami bertanya, “Siapa yang ngajarin?”

“Sinetron, apa lagi… dia sering nonton sinetron sampe hapal sound tracknya.”

Mungkin mereka bisa menertawakan, namun saya hanya tersenyum pahit. Tanpa disadari melalui televisi, bangsa ini sedang membangun sebuah generasi mendatang yang memiliki karakter yang mengerikan. Sebagian besar orang tua bekerja dari pagi hingga malam hari, sehingga tidak memiliki jangkauan untuk memperhatikan apa yang menjadi konsumsi media anak-anak mereka. Anak dengan leluasa melahap sajian tayangan yang tidak tersortir lagi. Ketika orang tua menyadari bahwa sikap, perkataan dan tindakan anak mereka yang menjadi cenderung negative dan berusaha memperbaikinya, hal itu menjadi pekerjaan yang tidak mudah lagi.

Masa ini, menjadi orang tua bukanlah tugas yang mudah. Fasilitas, kemudahan, dan semua tehnologi yang ada membuat anak memiliki akses keberbagai hal yang orang tua kadang tak dapat kendalikan. Jika Anda tidak ingin anak Anda berceloteh dan bersikap yang tidak sepantasnya, mungkin ini saatnya untuk mengajar anak Anda diet mengkonsumsi tayangan media. Aturlah makanan medianya seperti TV, game, musik, dan bacaannya. Pastikan apa yang masuk kedalam hidupnya adalah hal-hal positif dan berkualis. Ingat hal ini, “Garbage in, garbage out”. Jika yang masuk sampah, maka yang keluar adalah sampah. Beri pengertian kepada anak Anda mengapa Anda melarangnya mengkonsumsi tayang-tayangan tertentu, sehingga dia tidak merasa terkekang.

Mari kita bangun generasi anak cucu kita, menjadi generasi yang berbudi pekerti luhur, dan positif.

Tidak ada komentar: